Minggu, 28 Desember 2008

Sekali lagi untuk Astuti

Keramaian dalam sebuah perayaan menyimpan sebuah pesan
Ketika lima orang tertawa dan lima orang sudah terbiasa
kita tidak lagi bisa merasa kasihan
sebuah perasaan cinta

Keramaian dalam sebuah perayaan menyimpan sebuah harapan
tentang tawa, cinta, dan semua air mata bahagia
Orang boleh mencerca, tapi hati tetap bisa selalu berbicara
mengecap rasa cinta

Kehilangan adalah kegelapan dan kekeringan adalah sebuah tanda
makna yang hilang dalam sebuah perayaan menyingkirkan kebahagiaan

Ketika manusia merindukan bulan
tak seorang kan membantu
kita boleh saja bertingkah mengejar
tapi bulan tetap jauh tinggi di atas.

Tapi ada sebuah kata yang tak pernah terlupa
sebuah kata yang selalu ingin kuucapkan padanya.
sebuah kata "cinta"

Kita tak pernah tahu ada apa di garis terakhir
dan hanya bisa berdoa
untuk mengucapkan nya dengan rasa
Rangkaian kata terakhir

Aku cinta padanya
sekarang dan sampai nyawa berakhir.

28 Desember 2008
sekitar Pk 16.40

Sabtu, 20 Desember 2008

Sedikit tinjauan tentang Buku-buku tentang revolusi,, heh??

Masa revolusi di Indonesia selalu menjadi kontroversi.
Ilmu sejarah (lepas dari doktrin postmodernisme) selalu menawarkan gairah bagi sejarawan
untuk terus berkarya. Tidak terkecuali periodisasi masa revolusi.
Unik, pada masa-masa awalnya revolusi di Indonesia kurang mendapat atensi yang cukup.
Maka George McTurnan Kahin melakukan studi rintisan yang cukup mendalam
tentang masa revolusi di Indonesia.
Karya sejarawan ini tentang revolusi di Indonesia merangsang para sejarawan
lain seperti Benedict Anderson(muridnya), Antony Reid, bahkan Robert Bridson Cribb.

Buku Kahin sebagai salah satu buku "wajib" tentang sejarah revolusi Indonesia
berjudul "Nationalism and Revolution in Indonesia" itu bercerita panjang tentang sifat
nasionalisme yang menjadi akar gerakan revolusi tersebut. Kahin mengatakan bahwa revolusi yang terjadi erat kaitannya dengan sifat homogenitas agama di Indonesia (agama Islam). Metodologi naratif yang diaplikasikan dalam buku tersebut membuat hasil tulisan nya banyak dijadikan rujukan bagi sejarawan lain. Buku yang sampai sekarang masih relevan (terbit di Indonesia sekitar tahun 1959) inilah yang menarik perhatian seorang muridnya untuk melihat dan menampulkan revolusi di Indonesia dari perspektif yang berbeda yang semakin melengkapi historiografi Indonesia.

Dialah Benedict Anderson, murid Kahin yang melakukan studi tentang revolusi di Indonesia yang akhirnya berhasil menuliskan salah satu karya fenomenal dengan judul "revolusi pemuda" (1944-1946). Buku ini memuat sanggahan atas karya Kahin yang mengatakan bahwa revolusi tersebut justru banyak dipengaruhi oleh golongan muda, dan masa revolusi ini adalah masa ketika peran pemuda sangat menentukan disamping tentu tidak terlepas dari golongan tua yang masih memegang kursi kepemimpinan. Lepas dari semua perdebatan mereka tentang revolusi, Antony Reid justru tertarik untuk mencoba menggambarkan revolusi itu secara keseluruhan. Maksudnya, Reid disini memaparkan revolusi sebagai suatu kejadian yang scope nya nasional, kenegaraan. Maka ia menulis dengan bertumpu pada aksi nasional yang didukung oleh aksi aksi yang bersifat kedaerahan. Aksi-aksi lokal memang punya pengaruh dan andil besar dalam aksi revolusi nasional secara keseluruhan. Inilah yang Reid tawarkan dengan bukunya.

Salah satu aksi revolusi yang merupakan pergerakan lokal kedaerahan diangkat oleh Robert Bridson Cribb. "Gejolak Revolusi Jakarta" judul bukunya sudah tentu mengarahkan pola pikir setiap pembaca untuk bertumpu pada wilayah ibukota, Jakarta. Disini Cribb banyak menjabarkan tentang permasalahan otonomi dan hegemoni serta aksi-aksi revolusi di Jakarta. Pergerakan lokal ini menjadi bagian integral dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia
(Cribb : 1991) Dan uniknya, Cribb disini menggunakan metode oral history.

Direvisi dari sebuah laporan singkat
dalam historiografi Indonesia.
oleh : Tyson

Kelapa Gading
20 Des 2008
Pk 11.25

Rabu, 17 Desember 2008

sajak untuk Astuti??

Tantanglah mataku
kecup mesra bibirku
dan seluruh hidupku
hanya untukmu
selalu

Takkan hatiku pergi
tinggalkan jauh perih di hati
Teringat kecup mesra yang tadi
Terbakar perih alir darah di nadi

mmmmmuuuuuuuaaaacccchhhhh,,,,

Kuberikan cinta ini
hanya untukmu kasih

Ardiyanthi..
atau,
atau,
Atau Astuti??

Kelapa gading
18 Desember 2008
sekitar Pk 09.30

Selasa, 09 Desember 2008

Sajak cinta pertama untuk Astuti,,

Pagi itu pertama kita berjumpa
Di depan ribuan judul buku,
ketika warna kemeja senada dengan angkasa

kita saling berpandang,
ketika ku semakin bergetar tak mampu berkata

aku tenggelam dalam cinta
tapi kita tidak bicara.
Hati penuh genderang nafsu tak berirama.
Seperti Charles Swan,
aku ikuti terus bayang bayangmu

Kujadikan kau permaisuri dalam kerajaan khayalku
Sampai aku berani berkenalan denganmu,
juga disaksikan ribuan judul buku

Astuti namamu,

Tapi tak kusangka
aku temukan fakta,
ada si dia yang merantau ke negeri tetangga.

aku kecewa
aku merana
Tak rela aku berbagi Astuti.

tapi apa daya,
aku
bukan siapa-siapa


Kelapa Gading
9 Desember 2008
Sekitar Pk 00.05