Jumat, 28 Maret 2008

sebuah renungan tentang mama

Mama
setiap malam aku bertemu dengan mama
setiap pagi aku pamit pergi pada mama
tapi kenapa aku jarang memeluk mama?

aku tahu mama sayang padaku
mencintaiku, dengan sepenuh jiwanya
tapi kenapa aku jarang mencium mama?

sering aku merasa rindu pada mama
setiap hari aku merasa ingin menggandengnya
menggenggam tangannya
aku ingin cium mama
memijat kakinya
dan berusaha terus berada di sisinya
berusaha membisikkan sebuah frasa

sebuah frasa, aku mencintaimu mama
sekarang dan sepanjang hidupku

Jumat, 28 Maret 2008
Pk 00.13

untuk dia yang tak pernah tau..

ingin sekali kuungkapkan
semua yang menjadi bebanku
semua yang menjadi masalahku

aku tidak pernah menyangka
akan jatuh ke lubang ini
dan tak sanggup lagi kuberdiri

sia-sia harapan
tanpa sadar ku slalu jatuh lagi
tapi aku ingin dia tau
tanpa harus kukatakan

apakah ia tak mau menolongku?
ia tak mampu membuat aku berdiri?
ataukah ia sengaja menutup mata?

sungguh berat beban ini
ketika aku harus berbuat
sesuatu yang aku tak mampu
mengumpulkan keberanianku, kejantananku
dan berkata
perempuan, aku mencintaimu
walau kutahu kita tak mungkin bersatu.

senin, 24 Maret 2008
Pk 23.32

Selasa, 25 Maret 2008

Degradasi Fungsi Media massa (Analisis kritis tentang politik, budaya, sosial dan media)

Pada masa orde baru, kita mengenal tiga misi media massa bagi masyarakat yaitu edukasi, penerangan dan hiburan. Misi itu dirasakan manfaatnya terhadap masyarakat ketika program-program yang dijalankan oleh media massa tersebut menjadi semacam sarana bagi kesejahteraan masyarakat seperti program pemberantasan buta huruf, penyaluran informasi ke daerah, sosialisasi program listrik masuk desa dan berbagai kegiatan lain. Manusia cenderung menangkap pesan atau memahami makna dari sesuatu hal yang disampaikan melalui audio visual lebih baik daripada sekedar melalui sarana tulisan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor meledaknya popularitas media televisi (layar kaca) mengalahkan media cetak seperti surat kabar dalam persaingan menyebarkan informasi. Hal yang serupa juga terjadi di Amerika, ketika televisi dalam perkembangan nya menjadi sarana yang lebih efektif daripada surat kabar. Padahal “New England Courant”, Koran bawah tanah pertama di Amerika, sudah terbit sejak tahun 1722.

Di Indonesia, Negara dunia ketiga yang tingkat buta hurufnya masih tinggi, media televisi memegang peran besar dalam penyebaran informasi. Televisi menjadi semacam kebutuhan karena sosialisasi budaya baca kurang berkembang di Indonesia. Masalah yang datang adalah ketika sarana yang begitu efektif tersebut justru menyebarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan budaya bangsa. Begitu banyak program yang dibuat tanpa memikirkan tanggung jawab moral terhadap para penonton muda. Kita semua tahu generasi muda bangsa ini semakin kehilangan jati diri dan rasa cinta tanah airnya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh program televisi yang menyebarkan “budaya instant”. Beberapa program menggambarkan budaya korupsi, budaya materialisme, bahkan banyak program gosip yang sedemikian merasuki pikiran penonton sehingga di dalam pergaulan dan sosialisai mereka justru membicarakan hal-hal yang mencampuri urusan pribadi orang lain.



Berbagai sinetron yang semakin marak disiarkan di layar kaca setiap hari adalah salah satu contoh betapa misi edukasi yang begitu baik dijalankan pada masa orde baru justru semakin terpinggirkan. Departemen penerangan pada masa orde baru memang terbukti mengekang kebebasan pers dalam media massa cetak maupun elektronik, namun dalam kesehariaan, masyarakat semakin terdidik dengan program acara yang informatif dan mendidik. Yang terjadi sekarang, masyarakat yang masih ”waras” sewajarnya merasa tersiksa dengan serbuan berbagai sinetron yang semakin melampaui batas “wajar”. Bayangkan saja, betapa muaknya kita sebagai penonton televisi yang setiap hari dijejali dengan sinetron yang tidak berkualitas dan isinya hanya “manajemen konflik” antar tokoh, dan lebih banyak mengumbar hedonisme, bahkan mendoktrin kita untuk menerima dengan gamblang pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

Lebih ironis lagi ketika sinetron-sinetron seperti itu justru ditayangkan secara berurutan oleh salah satu stasiun televisi swasta mulai sekitar pk 16.00 sampai dengan pk 22.30 setiap hari. Bagi masyarakat yang “waras”, hal seperti ini bagaikan siksaan tanpa ampun atas nilai-nilai moral yang seharusnya tertanam dengan baik dalam diri setiap individu. Doktrin sinetron yang tanpa ampun pasti juga menyerang anak-anak kita yang masih dibawah umur karena jam tayangnya yang merupakan prime time sehingga jutaan anak di seluruh Indonesia, secara bersamaan disiksa moral dan mentalnya dengan pengaruh-pengaruh atau doktrin yang disebarkan sinetron yang hanya mementingkan rating. Padahal, rating itu hanya mementingkan profit tanpa memikirkan tanggung jawab moral kepada penonton di bawah usia.

Pemerintah tentu bisa mengubah keadaan dengan melakukan pembatasan atau dengan menghadirkan satu jenis sinetron yang edukatif, informatif dan menghibur. Namun tampaknya, badut-badut di senayan justru lebih senang meributkan RUU Pemilu, pemberantasan korupsi yang terus menemui jalan buntu, atau bahkan perebutan kursi menjelang tahun 2009. Terus terang, sangat dimaklumi jika kita merindukan sinetron yang baik seperti Keluarga cemara. Yang mengajarkan kepada kita kesahajaan, kesabaran, dan kebersamaan dalam keluarga.

Semoga generasi muda bangsa ini semakin menyadari pentingnya media massa, audio visual khususnya dan tidak menyerah terhadap siksaan doktrin sinetron-sinetron murahan yang menyerang kita semua setiap hari di prime time.

-Tyson-
3 Maret2008
Pk 23.17

puisi cinta kepada kasih tak sampai..

Aku kagum padanya
Setiap kali aku menemuinya,
Aku merasa memandang surga.
Tak pernah kutemukan yang seperti dia.
Karya Tuhan yang paling sempurna.
Dibawah telapak kakinya aku rela berbaring.

Aku hanya ingin kau sayangku,
Duduk disampingku,
Sambil berbicara tentang tugas kita,
Masalah kita,

Aku hanya ingin kau gadisku,
Bulan di malamku,
Mentari di pagiku.
Aku tak pernah merasa ada yang cela.

Meskipun aku tak pernah berkata mesra,
Tak pernah merayu menggoda,
Tapi aku tak pernah rela.

Aku hanya ingin kau hatiku
Menemanimu ke ujung dunia,
Melewati batas nalar menuju dunia yg paradoks.
Karena,

Perempuan ini lain Tuhan,
Apa yang Kau lakukan padanya?
Aku tahu aku tidak pantas untuknya,
Tapi aku belajar,

Tapi aku memutuskan untuk menjaga hati.
Sejak pertama berjumpa dengan nya, berkenalan dengan nya,
Aku sudah tahu Tuhan..

Aku selalu kagum padanya
Aku tidak pantas menerima semuanya,
Aku tidak akan pernah bertemu dengan nya lagi.
Aku hanya mau hidup sendiri..
Maafkan aku perempuan,
Maafkan aku Tuhan..

15 Maret 2008
Pk. 22.55

Dari Kaum Muda untuk Indonesia (Tulisan ini dibuat tahun 2007)

Kelangkaan figur seorang negarawan sejati di Indonesia amat kita sesali mengingat betapa pentingnya kepemimpinan yang baik dalam menghadapi tantangan global di masa yang akan datang. Jika masalah tersebut tidak juga bisa diatasi, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang negara kita akan semakin terseok-seok dan terus bergantung kepada negara lain. Akibat kepemimpinan yang kurang baik itu contoh nyatanya adalah masalah korupsi yang belum juga dapat diatasi bahkan mungkin justru korupsi mendarah daging di dalam sikap para pemimpin kita.

Memang benar bahwa siapapun yang mengelola Negara ini nyaris mustahil dapat sepenuhnya mengatasi masalah tersebut, namun setidaknya masyarakat masih berharap adanya tanda-tanda dan harapan akan adanya perubahan ke arah yang lebih baik, ke arah perbaikan hidup dan kesejahteraan.

Ironis memang pemerintahan sekarang tidak henti –hentinya disibukkan dengan penanganan bencana alam, konflik-konflik sosial, bahkan kasus Lumpur Lapindo yang tampaknya belum juga terpecahakan (meskipun ada indikasi bahwa kasus ini berusaha ditutupi). Hal seperti ini semakin merusak konsentrasi pembangunan bangsa. Bahkan yang lebih menyedihkan, semakin hari, di era reformasi ini justru rakyat menjadi semakin menderita dan semakin tenggelam dalam jurang kemiskinan.

Pembangunan karakter dan moral menjadi hal yang sangat penting karena untuk mencetak seorang calon pemimpin yang baik tidak hanya membutuhkan nilai-nilai yang baik di sekolah atau kampus melainkan juga perlu adanya karakter yang baik dalam diri manusianya. Ini adalah suatu upaya membentuk sumber daya manusia yang baik. Perlu kita sadari, para pejabat yang korup tentu bukan orang yang bodoh melainkan orang yang tidak menggunakan hatinya.



Masalah birokrasi tampaknya juga merupakan suatu masalah yang disebabkan oleh kepemimpinan yang kurang baik. Pada saat kita terlena berpuas diri, negara-negara lain justru berlomba untuk menjadi Negara tujuan investasi nomor wahid. Mereka terus berbenah dan bersolek untuk memperebutkan pengaruhnya. Untuk merebut investasi itu mereka bahkan menghalalkan segala cara. Sedangkan dari tahun ke tahun dan dari rezim pemerintahan yang satu ke rezim yang lain, kita terus terjebak dalam persoalan klasik problem investasi yang sama. Birokrasi berbelit-belit semakin menmbah panjang keluhan para investor.

Saat ini generasi muda Indonesia memiliki prestasi yang baik di kompetisi internasional dalam bidang-bidang seperti fisika, biologi, matematika dan ilmu-ilmu lain. Hal itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai generasi yang unggul, yang bisa diandalkan dalam membangun bangsa. Yang perlu kita lakukan bersama adalah menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme yang tinggi sehingga keunggulan tersebut bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk membangun negaranya. Mungkin sudah saatnya kaum muda Indonesia diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian lebih besar dalam kehidupan kebangsaan Indonesia sehingga pemerintahan bergairah dan siap menyongsong Indonesia baru yang lebih baik.

Jiwa generasi muda dalam konsep jiwa jaman -sebuah pertanyaan (Tulisan ini ditulis di awal bulan Maret)

28 Oktober 1928 adalah masa ketikaorang muda bangsa ini tersadar, bahwasebagai manusia normal, kita tidakmungkin lepas dari tanggung jawabkepada negara.28 Oktober 1928 adalah masa ketikaorang muda bangsa ini tersadar, bahwaIndonesia yang tercinta tidak mungkinsejahtera jika kita tidak bergerak.28 Oktober 1928 adalah masa ketikaorang muda bangsa ini tersadar, bahwahanya dengan semangat penuh cintatanah air dan niat bekerja kerasmembangun bangsa sajalah Indonesiatercinta bisa mengarungi samudera luasdunia.28 Oktober 1928, Adalah masa ketikajiwa jaman yang begitu meledakmenghasilkan generasi muda unggul yangsiap merebut kemerdekaan. Adalah masadimana kita harus bangga dengan sumpahkita sebagai pemuda.tapi apa yang terjadi pada 80 tahunsetelah itu?tapi apa yang terjadi pada masa ketikaegoisme mengambil peran besar?tapi apa yang terjadi ketikakonsumerisme, materialisme, danglobalisasi begitu sukses merenggut,MEROBEK-ROBEK dan menghancur leburkansemangat yang susah payah dibangunoleh bapa bapa bangsa kita???Dosa apa negara ini?dengan mudahnya, brand brand, merk,dan gaya hidup yang menawarkan budayaINSTAN dengan jembatan jembatanKEMALASAN kepada kita justru diterimadengan mentah oleh golongan mudabangsa ini??Negara Singapura harusnyaberterimakasih kepada kita, karenastabilitas Singapura dijaga selamabertahun tahun oleh mantan presidenkita. tapi kenapa orang orang terkaya,koruptor negara,. dan para penjahatyang kaya raya justru mengalirkanrupiah kita kesana? mengajarkananaknya budaya kemalasan denganliburan kesana? mendewa dewakannegera itu?siapa yang salah?golongan tua yang lalai?golongan muda yang penuh jiwapembangkang?golongan pemerintah yang tidak mampumelakukan proteksi?INI SAATNYA MENGAMBIL SIKAP.INI SAATNYA BERJUANG MELAWAN PENJAJAH.Kita harus berani berkaca,apakah kita mengalami ketergantunganpada merk? pada gaya hidup? padamateri materi? pada sinetron kacangan?pada FESTIVAL YANG MENGACUHKAN HARIRAYA NYEPI?? (7 Maret)? Pada mall?Apakah kita hidup dalam jiwa jamanyang serba enak? apakah fasilitas yangkita terima sudah jauh membuat kitaterperosok dalam kemalasan? kemanjaan?atau keterpurukan?Kita harus berkaca,berkaca..,berkaca..,dan berkaca sekali lagi.

Humaniora (Harusnya sudah dipublikasikan Januari lalu..)

baru baru ini tanah air gempar denganmeninggalnya Soeharto. yang gempar itukalangan politisi, sejarawan, elit2dan masyarakat Jakarta aja kan? yasedikit warga Solo juga lah..oiya, parpol parpol dan angkatan 98juga tuh. Entah apa yg diributin. Kansebaiknya yg bersangkutan dimaafkantapi proses hukum laaanjut terus donk?negara ini sakit parah.kita sih turut berduka aja sama pasangbendera setengah tiang.2 minggu yg lalu kamtib di jalan AgusSalim menteng lagi galak. pedagang dipinggir jalan digusur. gerobaknyadiambilin. Wajah-wajah preman tapipake seragam. mereka terpenjara denganwibawa seragam dan jerat "perut butuhmakan" sampe lupain kepentingan orangkecil. Kepala sekolah di situ juga gamau bantuin orang pedagang dikit juga.padahal uda jualan di situ dr taun 74.negara ini sudah sakit parah..3 hari yg lalu seorang teman datangdari australia. dia inget gw, yah gwtemuin lah dia di mall deket rumah.Disana banyak bgt pengunjung yangbahkan masi berseragam sekolah lengkap.gila2an kan.. mereka tuh kayatergantung bgt sama gedung mall itu.parahnya lg, pemandangan kaya gini nihtiap hari kita liat di situ. negaraini sedang sakit parah.belum lg pelajar yg nongkrong2 diwarung deket rumah gw. sambil kebut2annaik motor berlomba mencari perhatiangadis2 teman sekolah mereka dan takketinggalan asap rokok mengepul disela2 celana abu-abu mereka. Ini kancermin dari negara yg sakit..Taman jogging di kelapa gading,dibangun sebagai kamuflase daribobroknya sistem penanganan banjir.Apa gunanya tempat jogging kalo musimhujan tergenang? harusnya dibangunapartemen aja sampe ga ada sisa tanahkosong lg. kan negara ini mau dibuattambah sakit..kemarin, di pasar mandiri, pasartradisional, harga ikan gurame hidupyg 1 kg itu 25 ribu. katanya sih lagimahal. ya tapi gw beli juga. dimasakenak sih. pasar tradisional kaya gituitu wajah dari negara ini yang makmurdan sejahtera. ikan, daging, sayuran,semua lengkap. kita ga perlu caribahan masakan yg mahal dan dibungkuskaya di mall gitu. cukup beradu pagiaja buat dapetin bahan terbaik untukmasak. ini kan aktivitas kita ygalamiah. bukan bergaya dan mondarmandir di dalam gedung ber ac ygisinya justru anak pelajar yg sudahteracuni dengan konsumerisme danhedonisme. lambang negara yg sakitparah..konsumerisme, hedonisme, dan kecintaanakan pride, merk, lambang dan hargaadalah monumen monumen yg paling agungdalam benak masyarakat pesakitan ygtidak bisa kerja. mungkin negara initerlalu kaya sampe penduduknya terlalumalas untuk bergerak. Cuma terima jadimenikmati terbang ke Singapura,Malaysia. Padahal turisme lagidigalakkan. kita kalah dari Singapurayg rata rata 15 juta pengunjungnya pertahun. pemerintah kita hanyamenargetkan 7 juta untuk visitIndonesia 2008. ya kan? gimana maumenang kalo monumen monumen dalambenak kita masih kaya gitu tadi??negara ini lg sakit.meski begitu, acungan jempol harusdiberikan pada CHRISJON. dia menangmudah dan bikin lawan nya menyerah.Ini orang Indonesia yg hebat. Kemauandan kerja kerasnya oke bgt. Salut..ini sedikit meringankan rasa sakitnegara..kata bunda Dorce, kesempurnaan hanyamilik Tuhan, kita manusia cuma punyakekurangan. yah gw juga punyakekurangan kan, kritik dan saran terusgw tampung untuk sesegera mungkinmemperbaiki diri.