Jumat, 10 Oktober 2008

Untitled

Hatiku tercecer dalam perjalanan rutin
Antara Depok-Jakarta

Ada ibu-ibu menagih setoran iba
Di lantai stasiun kereta
Diiringi anak-anak berlari kesana kemari
Mencari serpihan harta

Aku melangkah lunglai
Melalui pemulung yang mengais rezeki
Di tong tong sampah

Kutunggu kereta dating
Membawa gelandangan yang menyapu lantainya
Di kecepatan 100 km/jam
Dan kudapati pengemis memohon uang seribuan
sambil menangis

Aku turun dan kujumpai
Pria paruh baya menawarkan jasa
Angkutan roda dua
Separuh nyawa menjadi konsekuensinya

Aku menangis
Ketika di jalan lain kudapati
Gadis itu telah berubah dan
Pindah ke lain hati

Aku hanya bisa berpikir,
Berpikir lagi, lalu kutuliskan,
Menulis lagi, lagi, dan hanya
Menulis lagi

Karena aku menulis agar mereka tau
Aku berteriak di dalam hati.

Jumat 10 Oktober 08
Dalam perjalanan Depok-Jakarta
Sekitar Pk 18.30

2 komentar:

vjosch mengatakan...

Well, dunno why, i love this poem. Im a kinda poem-lover too,but not as good as u..

Tyson mengatakan...

I think that is some universal feeling in all poems. There is no mistake, there is no false. Everything is legal as long as you love it. Thanks.
-Tyson-